PulauJawa dan sebagian Indonesia bagian timur perlu memperhatikan ancaman ini.
Manggarai sejak pukul WIB sudah bersih, sementara yang di BKB pukul WIBJakarta ANTARA - Dinas Lingkungan Hidup LH DKI Jakarta menyatakan aliran Sungai Ciliwung di Jakarta mulai dari Kampung Melayu, Pintu Air Manggarai, hingga aliran Banjir Kanal Barat BKB sudah bersih dari sampah hujan dan banjir. "Secara keseluruhan sudah kondusif bersih, untuk di Manggarai sejak pukul WIB sudah bersih, sementara yang di BKB pukul WIB," ucap Humas Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Yogi Ikhwan di Jakarta, Selasa. Untuk membersihkan sampah imbas dari hujan deras yang terjadi pada Senin 21/9 siang hingga malam termasuk di kawasan hulu sehingga debit air di Katulampa terpantau sempat Siaga I, Dinas LH membersihkan sampah di tiga titik yakni Pintu Air Manggarai Jakarta Pusat, Banjir Kanal Barat Season City Jakarta Barat dan Jembatan Kampung Melayu Jakarta Timur. Di Pintu Air Manggarai, diturunkan petugas sebanyak 200 orang gabungan Dinas LH dan Sumber Daya Air dengan jumlah armada truk besar-kecil yang diturunkan sebanyak 52 unit 32 LH dan 20 SDA serta tiga unit alat berat yang berhasil mengangkut total sampah sebanyak meter kubik. Baca juga Hampir petugas SDA Jakpus bersihkan saluran air Di Banjir Kanal Barat Season City Jakarta Barat, diturunkan 10 orang petugas dengan menggunakan 12 unit armada truk besar-kecil serta dua unit alat berat yang berhasil mengangkut total sampah sebanyak 474 meter kubik. Adapun di Kali Ciliwung Jembatan Kampung Melayu, Jakarta Timur, diturunkan 10 orang petugas dengan lima unit truk besar-kecil serta dua unit alat berat. Namun tidak ada sampah yang diangkut dari lokasi ini karena situasi kondusif. Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD DKI Jakarta melaporkan sebanyak 22 wilayah RT di wilayah Jakarta Barat terendam banjir dengan ketinggian bervariasi 30-80 sentimeter. "Situasi ini terjadi sejak Senin 21/9 malam hingga Selasa pagi pukul WIB," ujar Kepala Pusat Data dan Informasi Pusdatin Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD DKI Jakarta, Mohamad Insaf di Jakarta, Selasa pagi. Baca juga meter kubik sampah diangkat dari Pintu Air Manggarai Sementara sebanyak 15 jiwa pengungsi akibat banjir saat ini ditampung di Mushola Riyadhul Saadah, Kembangan Utara, Jakarta Barat. Dilansir melalui keterangan tertulis BPBD DKI berikut ini 22 wilayah RT yang terendam banjir 1. Kelurahan Sukabumi Utara, 7 RT Ketinggian air 30 s/d 80 cm, akibat curah hujan tinggi. 2. Kelurahan Sukabumi Selatan, 3 RT Ketinggian air 120 s/d 130 cm, akibat curah hujan tinggi. 3. Kelurahan Palmerah, 1 RT Ketinggian air 30 cm, akibat curah hujan tinggi. 4. Kelurahan Rawa Buaya, 3 RT Ketinggian air 20 s/d 50 cm, akibat curah hujan tinggi. 5. Kelurahan Duri Kepa Utara, 1 RT Ketinggian air 20 cm, akibat curah hujan tinggi. Baca juga Banjir di Jakarta Barat, 14 RT masih tergenang 6. Kelurahan Kembangan Utara, 1 RT Ketinggian air 80 cm, akibat curah hujan tinggi. 7. Kelurahan Tanjung Duren Utara, 1 RT Ketinggian air 20 cm, akibat curah hujan tinggi. 8. Kelurahan Petamburan, 1 RT Ketinggian air 20 cm, akibat curah hujan tinggi. 9. Kelurahan Pejaten Timur 4 RT Ketinggian air 30 cm, akibat Kenaikan Kali Ciliwung. Baca juga KLHK ungkap alasan kesulitan rehabilitasi DAS Ciliwung dan CisadanePewarta Ricky PrayogaEditor Edy Sujatmiko COPYRIGHT © ANTARA 2020
Tidakhanya itu, Sungai Ciliwung pun kerap disebut sebagai biang banjir lantaran luapannya kerap menggenangi sejumlah titik di Ibu Kota. Seorang wisatawan sedang berdiri di salah satu titik di tepian Sungai Ciliwung yang memiliki pesona indah, meski di beberapa area terlihat banyak tumpukan sampah plastik, Kota Bogor, Senin (24/5/2021). (kompas
ArticlePDF Available AbstractIntisariBanjir sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Setiap kali musim hujan tiba, Kota Jakarta seolah tidak pernah terlepas dari pemberitaan seputar kejadian banjir yang melanda wilayahnya. Tulisan ini mengulas faktor-faktor penyebab banjir di wilayah DKI Jakarta, terutama dari sudut pandang geologi, geomorfologi dan morfometri sungai yang mengalir dan melintasi wilayah DKI Jakarta. Penulis mengumpulkan bahan pustaka dari berbagai sumber untuk memberikan ulasan dan sebuah kesimpulan bahwa secara kodrat, Jakarta memang merupakan daerah banjir sehingga bagaimana pun, kejadian banjir akan sangat sulit untuk dihilangkan dari wilayah DKI Jakarta. AbstractFlood cannot be separated from the life of the people around DKI Jakarta. Everytime rainy season comes, Jakarta was never be apart from the news about flood incidence hit this region. This paper reviews some factors causing the floods especially from geological, geomorphological, and morphometrical point of view of the rivers flow across DKI Jakarta. The author gathered materials from various sources to give an analysis and conclusion that Jakarta, by nature, is flooded area so flood event will be very difficult to be removed. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Budi Harsoyo Intisari Banjir sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Setiap kali musim hujan tiba, Kota Jakarta seolah tidak pernah terlepas dari pemberitaan seputar kejadian banjir yang melanda wilayahnya. Tulisan ini mengulas faktor-faktor penyebab banjir di wilayah DKI Jakarta, terutama dari sudut pandang geologi, geomorfologi dan morfometri sungai yang mengalir dan melintasi wilayah DKI Jakarta. Penulis mengumpulkan bahan pustaka dari berbagai sumber untuk memberikan ulasan dan sebuah kesimpulan bahwa secara kodrat, Jakarta memang merupakan daerah banjir sehingga bagaimana pun, kejadian banjir akan sangat sulit untuk dihilangkan dari wilayah DKI Jakarta. Abstract Flood cannot be separated from the life of the people around DKI Jakarta. Everytime rainy season comes, Jakarta was never be apart from the news about flood incidence hit this region. This paper reviews some factors causing the floods especially from geological, geomorphological, and morphometrical point of view of the rivers flow across DKI Jakarta. The author gathered materials from various sources to give an analysis and conclusion that Jakarta, by nature, is flooded area so flood event will be very difficult to be removed. Kata Kunci banjir, musim hujan, sungai 1. Pendahuluan Pasca kejadian banjir besar pada tanggal 17 Januari 2013 yang menggenangi hampir seluruh wilayah DKI Jakarta dan sempat melumpuhkan segala aktivitas di ibukota, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB melakukan upaya antisipatif dengan menyelenggarakan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca TMC Untuk Redistribusi Curah Hujan Dalam Rangka Tanggap Darurat Banjir di Provinsi DKI Jakarta dan Sekitarnya. Dari hasil evaluasi, pelaksanaan TMC di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yang berlangsung selama 33 hari 26 Januari - 27 Februari 2013 dinilai cukup berhasil mengurangi intensitas curah hujan sebagai penyebab banjir di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan hasil analisis data curah hujan selama periode kegiatan TMC, curah hujan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya berkurang sekitar 38,64% terhadap nilai curah hujan historisnya pada periode waktu yang sama sumber Laporan Kegiatan Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Redistribusi Curah Hujan Dalam Rangka Tanggap Darurat Banjir di Provinsi DKI Jakarta dan Sekitarnya Tahun 2013, UPT Hujan Buatan BPPT, 2013. Terlepas dari adanya tanggapan pro dan kontra dari masyarakat luas terkait pelaksanaan TMC untuk redistribusi curah hujan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, satu hal yang bisa diambil positifnya adalah bahwa teknologi ini mulai dipercaya oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari upaya aksi mitigasi bencana banjir di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yang hampir selalu terjadi setiap tahun saat musim hujan tiba. Namun demikian perlu dipahami bersama bahwa upaya TMC dalam skema mitigasi bencana banjir di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya lebih bersifat “mengurangi resiko”, bukan berarti “menghilangkan resiko” banjir, karena bagaimana pun fenomena banjir sudah tidak dapat dipisahkan dengan wilayah DKI Jakarta. Sejarah Banjir Jakarta MENGULAS PENYEBAB BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA DARI SUDUT PANDANG GEOLOGI, GEOMORFOLOGI DAN MORFOMETRI SUNGAI Sejarah mencatat banjir sudah mengakrabi Jakarta sejak awal pendirian kota ini oleh Pemerintah Hindia Belanda. Awalnya pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen meminta Simon Stevin merancang sebuah kota di muara Sungai Ciliwung yang sering kebanjiran sebagaimana Kota Amsterdam di Belanda. Kota Batavia sekarang menjadi Jakarta dibangun dengan dikelilingi parit-parit, tembok kota, lengkap dengan kanal. Dengan kanal-kanal itu, Coen berharap bisa mengatasi banjir, sekaligus menciptakan sebuah kota yang menjadi lalu lintas pelayaran, sebagaimana kota-kota di Belanda. Sungai Ciliwung yang berkelok-kelok dialihkan dan digantikan sebuah terusan lurus yang membelah Kota Batavia menjadi dua bagian. Namun demikian, sistem kanal yang telah dibangun ternyata tidak mampu mengatasi banjir besar yang melanda Batavia pada tahun 1932 dan 1933. Contoh bangunan kanal dan pintu air peninggalan jaman Belanda yang dahulu dibangun untuk mengatasi permasalahan banjir di wilayah Jakarta dan masih ada hingga kini antara lain Kanal Banjir Kalimalang, Pintu Air Matraman, dan Pintu Air Karet sumber Kompas, 18 Januari 2013. Geologi Jakarta Menurut ahli geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jan Sopaheluwakan, banjir Jakarta tidak akan dapat diselesaikan dengan sistem kanal karena secara geologis Jakarta sebenarnya merupakan cekungan banjir. Sebaliknya, kawasan utara Jakarta sekitar Ancol dan Teluk Jakarta mengalami pengangkatan karena proses tektonik. Oleh karena itu, air dari 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta tidak bisa mengalir lancar ke laut dan kerap terjebak di cekungan besar Jakarta. Cekungan ini terbentuk dari tanah sedimen muda sangat tebal tetapi belum terkonsolidasi. Akibatnya, secara geologis, tanah di Jakarta perlahan mengalami penurunan. Penurunan permukaan tanah secara alami ini semakin diperparah dengan pengambilan air tanah secara besar-besaran oleh masyarakat Jakarta. Penurunan permukaan tanah di Jakarta bervariasi di beberapa tempat, dengan laju antara 4-20 sentimeter per tahun Kompas, 18 Januari 2013. Dalam buku The Geology of Indonesia, Van Bemellen 1977 menunjukkan bahwa Kota Jakarta tersusun atas endapan pantai dan endapan volkanik, seperti terlihat dalam Gambar 1. Proses pembentukan endapan pantai yang secara stratigrafi terhampar di bawah endapan volkanik tersebut salah satunya melalui mekanisme banjir. Sederhananya seperti terlihat dalam Gambar 2, aliran sungai yang menggerus lapisan endapan volkanik akan memperlihatkan endapan pantai yang berada di bawahnya. Gambar 1. Penampang Geologi Wilayah Jakarta Sumber The Geology of Indonesia, Van Bemellen, 1977; dikutip dari Dongeng Geologi; Gambar 2. Sketsa sungai yang menggerus endapan volkanik 38 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol 14, Juni 2013 Hal. 37 – 43 Sumber Dongeng Geologi; Proses alami penggerusan endapan volkanik oleh aliran sungai terlihat jelas dalam Peta Geologi Jakarta yang tergambar pada Gambar 3. Dari potongan peta geologi tersebut terlihat bahwa di sepanjang aliran sungai, jenis batuannya merupakan endapan pantai, bukan endapan volkanik sebagaimana mayoritas batuan penyusun wilayah Jakarta bagian selatan. Dari peta ini juga terlihat bahwa wilayah Jakarta bagian utara tersusun oleh material endapan pantai dan sungai. Hal ini menunjukkan bahwa sejak dulu, wilayah Jakarta memang sudah merupakan daerah banjir. Gambar 3. Peta Geologi sebagian wilayah Jakarta Sumber Dongeng Geologi; Geomorfologi Jakarta Selain secara geologi Jakarta merupakan daerah cekungan, secara geomorfologi Jakarta juga merupakan dataran banjir flood plain. Dataran banjir merupakan daerah yang terbentuk akibat proses sedimentasi saat terjadi banjir. Dataran banjir pada umumnya berada di sekitar aliran sungai yang berkelok-kelok meandering atau pada titik pertemuan anak sungai dengan aliran sungai utama, seperti tergambar dalam Gambar 4. Dengan keberadaan 13 aliran sungai yang melintasi Kota Jakarta, maka memang cukup banyak dataran banjir yang tersebar di wilayah DKI Jakarta. Oleh karena itu, cukup bisa dimaklumi bahwa potensi banjir di wilayah DKI Jakarta memang sangat tinggi. Sket ke-13 aliran sungai yang melintasi Kota Jakarta tergambar dalam Gambar 5. Mengulas Penyebab Banjir di Wilayah DKI Jakarta … Harsoyo 39 Gambar 4. Blok diagram Dataran Banjir dan meander sungai sumber Gambar 5. Sket 13 aliran sungai yang melintasi Kota Jakarta sumber Gambar 6. Peta Daerah Terdampak Banjir Jakarta tanggal 17 Januari 2013 sumber BNPB, diambil dari 40 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol 14, Juni 2013 Hal. 37 – 43 Gambar 6 memperlihatkan Peta Daerah Genangan dari kejadian banjir di wilayah DKI Jakarta pada tanggal 17 Januari 2013 yang dibuat oleh BNPB. Area berwarna orange adalah daerah yang terendam banjir, sementara area berwarna biru merupakan lokasi-lokasi titik rawan banjir yang diidentikasi dari historis kejadian banjir tahun-tahun sebelumnya. Dari peta tersebut terlihat bahwa lokasi daerah genangan yang notabene merupakan dataran banjir berada tidak jauh dengan aliran sungai yang berpola meandering atau pada titik pertemuan dua aliran sungai. Jadi, karena secara teori lokasi dataran banjir selalu berasosiasi dengan keberadaan aliran sungai yang berpola meandering, maka dengan banyaknya aliran sungai yang melintas di Jakarta tentu sudah menjadi konsekuensi logis jika wilayah DKI Jakarta sangat rawan akan potensi banjir. Morfometri Sungai di Wilayah DKI Jakarta Dari ke-13 aliran sungai yang melintasi Kota Jakarta, Sungai Ciliwung merupakan sungai yang paling besar kontribusinya terhadap potensi kejadian banjir di wilayah DKI Jakarta. Menurut NEDECO 1973, luas Daerah Aliran Sungai DAS Ciliwung sekitar 347 km2, terluas dibandingkan DAS lainnya. Panjang aliran Sungai Ciliwung mulai dari hulunya di daerah Gunung Gede – Pangrango Kabupaten Bogor hingga daerah hilirnya di daerah Pluit Jakarta Utara sepanjang 117 km, terpanjang dibandingkan aliran sungai lainnya. Selain itu, aliran Sungai Ciliwung di Kota Jakarta melintasi banyak perkampungan, permukiman padat penduduk dan permukiman kumuh. Aliran sungai ini pula yang aksesnya langsung menuju jantung Kota Jakarta dimana lokasi Pusat Pemerintahan berada, sehingga jika sungai ini meluap dan membanjiri Jakarta dalam waktu yang relatif lama maka dampaknya dapat melumpuhkan segala aktivitas ekonomi, sosial maupun aktivitas pemerintahan yang terpusat di Kota Jakarta. Selain Sungai Ciliwung, Sungai Angke dan Sungai Pesanggrahan juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap potensi banjir di wilayah DKI Jakarta. DAS Angke memiliki luas sekitar 263 km2 dengan panjang aliran sungai utama 100 km, sementara DAS Pesanggrahan memiliki luas 110 km2 dengan panjang aliran sungai utama 83 km. Sungai Angke berhulu di daerah Semplak Kabupaten Bogor, mengalir ke wilayah Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Jakarta Barat dan bermuara di Muara Angke Jakarta Utara, sedangkan Sungai Pesanggrahan berhulu di daerah Tanah Sereal Kabupaten Bogor, mengalir melalui Kota Depok, wilayah Jakarta Selatan, Kota Tangerang, wilayah Jakarta Barat untuk kemudian bergabung dengan aliran Sungai Angke dan juga bermuara di Muara Angke Jakarta Utara. Tabel 1. Morfometri Aliran Sungai di Wilayah DKI Jakarta Sungai DAS Luas km2 Sungai Utama Elevasi Tertinggi m Elevasi Terendah m Sumber NEDECO, 1973 Jadi memang benar jika sumber banjir di wilayah DKI Jakarta berasal dari aliran ke-13 sungai tersebut. Namun jika ingin mengantisipasi permasalahan banjir di wilayah DKI Jakarta, cakupannya tidak hanya sebatas wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta saja, Mengulas Penyebab Banjir di Wilayah DKI Jakarta … Harsoyo 41 namun harus bersifat lintas wilayah dan lintas sektoral. Untuk keperluan antisipasi banjir di wilayah DKI Jakarta melalui upaya redistribusi curah hujan dengan memanfaatkan Teknologi Modifikasi Cuaca TMC, daerah targetnya harus mencakup seluruh catchment area dari 13 sungai yang mengalir ke wilayah DKI Jakarta, mulai dari hulu hingga ke hilir. Dari hasil analisis pola aliran sungai dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis SIG, daerah target TMC yang didelineasi berdasarkan gabungan Daerah Aliran Sungai DAS dari beberapa aliran sungai yang melintas di wilayah DKI Jakarta tersebut tergambar dalam Gambar 7. Gambar 7. Daerah target upaya redistibusi curah hujan di wilayah DKI Jakarta dengan TMC; Catchment area aliran sungai yang melintas di wilayah DKI Jakarta Sumber Hasil analisis GIS Dari peta dalam Gambar 7 tersebut, daerah yang diarsir warna merah wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta dan DAS Ciliwung merupakan daerah target primer yang perlu dilindungi dari curah hujan dengan intensitas tinggi. Sebisa mungkin curah hujan yang jatuh di daerah target primer tersebut diusahakan tidak terlalu tinggi, apalagi dalam durasi yang cukup panjang. Jika curah hujan dengan intensitas tinggi terjadi di atas wilayah DKI Jakarta secara langsung, maka akan berpotensi langsung menimbulkan genangan air di beberapa lokasi seperti yang tergambar dalam Gambar 6. Demikian pula jika curah hujan tinggi terjadi di daerah Puncak Bogor yang menjadi hulu DAS Ciliwung, karena berpotensi menimbulkan banjir kiriman yang akan sampai ke pusat kota yang menjadi jantung segala aktivitas di wilayah DKI Jakarta dalam beberapa jam berikutnya. Daerah target sekunder arsiran berwarna orange dalam peta merupakan cakupan dari DAS lain yang juga alirannya bermuara ke wilayah perairan di Teluk Jakarta. Meski demikian bukan berarti jika curah hujan yang terjadi pada bagian hulu sungai lainnya selain Sungai Ciliwung tidak berpotensi membawa banjir kiriman ke wilayah DKI Jakarta, namun dengan alasan dari aspek morfometri sungai dan akses aliran sungainya terhadap potensi dampak banjir di wilayah DKI Jakarta seperti yang sudah diuraikan sebelumnya maka curah hujan yang jatuh di wilayah target sekunder ini masih relatif lebih aman dibandingkan dengan jika jatuh di daerah target primer. Total luas daerah target operasional TMC seperti tergambar dalam Gambar 7 adalah seluas km2 atau hampir sekitar 6 x luas wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta yang seluas 674,68 km2. 42 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol 14, Juni 2013 Hal. 37 – 43 Penutup Pada bagian akhir tulisan ini, Penulis ingin menyimpulkan bahwa secara geologi dan geomorfologi wilayah DKI Jakarta sendiri sejak dulu memang sudah merupakan daerah banjir. Selain itu, dengan keberadaan morfometri dari ke-13 aliran sungai yang melintasi wilayah DKI Jakarta juga menjadi akses bagi aliran air permukaan direct runoff yang bersumber dari curah hujan di daerah hulu untuk masuk ke wilayah DKI Jakarta. Jadi, memang sudah kodratnya bahwa wilayah DKI Jakarta adalah merupakan daerah banjir. Pembangunan infrastruktur banjir dan upaya konservasi lingkungan untuk memperbaiki kondisi catchment area yang telah rusak dan jauh berkurang luasannya hanyalah merupakan langkah-langkah untuk mengurangi potensi resiko bencana banjir, bukan bersifat menghilangkan resiko banjir menjadi tidak ada sama sekali. Singkatnya, jika seandainya infrastuktur dan kondisi lingkungan catchment area dalam kualitas yang baik saja masih akan selalu ada potensi resiko banjir di wilayah DKI Jakarta, lantas bagaimana jika keduanya tidak berfungsi dengan baik? Akibatnya seperti inilah yang terjadi sekarang. Bencana banjir semakin akrab dengan kehidupan masyarakat Jakarta dan sekitarnya setiap kali musim hujan tiba. Daftar Pustaka Dongeng Banjir. 2007. Whallah Banjir. Situs Dongeng Banjir. 2013. Banjir Jakarta 2013 1. Peta FLOODS-Can it mitigate?. 2012. What is Flood?Situs Harian Kompas. 2013. Dataran Banjir Yang Kebanjiran. Edisi 18 Januari 2013. Nedeco. 1973. Masterplan for Drainage and Flood Control of Jakarta, Jakarta Indonesia. Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Sumberdaya Air. UPT Hujan Buatan – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2013. Laporan Kegiatan Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Redistribusi Curah Hujan Dalam Rangka Tanggap Darurat Banjir di Provinsi DKI Jakarta dan Sekitarnya Tahun 2013. UPT Hujan Buatan BPPT. Jakarta. Mengulas Penyebab Banjir di Wilayah DKI Jakarta … Harsoyo 43 ... Selain aspek konsep dan praktik penataan ruang kota seperti tersebut di atas, perihal penyebab banjir juga telah dikaji oleh banyak peneliti, dan salah satu di antaranya ialah kajian dari Harsoyo 2013 yang sudah mengungkapkan bahwa penyebab banjir di Provinsi DKI Jakarta ialah karena faktor geologi dan geomorfologi dari wilayah Jakarta yang dari sejak dulu memang sudah merupakan daerah banjir. Keberadaan morfometri dari 13 tiga belas aliran sungai yang melintasi wilayah Jakarta juga menjadi akses bagi aliran air permukaan direct runoff yang bersumber dari curah hujan di daerah hulu untuk masuk ke wilayah Jakarta Harsoyo, 2013 ...... Selain aspek konsep dan praktik penataan ruang kota seperti tersebut di atas, perihal penyebab banjir juga telah dikaji oleh banyak peneliti, dan salah satu di antaranya ialah kajian dari Harsoyo 2013 yang sudah mengungkapkan bahwa penyebab banjir di Provinsi DKI Jakarta ialah karena faktor geologi dan geomorfologi dari wilayah Jakarta yang dari sejak dulu memang sudah merupakan daerah banjir. Keberadaan morfometri dari 13 tiga belas aliran sungai yang melintasi wilayah Jakarta juga menjadi akses bagi aliran air permukaan direct runoff yang bersumber dari curah hujan di daerah hulu untuk masuk ke wilayah Jakarta Harsoyo, 2013 ...Sania MaulidaMyrna A. SafitriEndra WijayaThe floods that occurred in several areas of the Special Capital Region of Jakarta Province are influenced by natural and unnatural factors, such as problem in spatial planning and its regulation in legal documents. This study discusses about synchronization problem between several regulations at national and regional level, namely Presidential Regulation Number 60 of 2020 and Regional Regulation of the Special Capital Region of Jakarta Province Number 1 of 2014. This study uses normative legal research method with statute and conceptual approach. The conclusion of this study is that there is still no regulation synchronization at the level of national and regional related to the floods control management. At the national level, Presidential Regulation Number 60 of 2020 already regulated in detail about floods control management through the spatial planning general policy, strategy of implementation, spatial system and structure, and direction of zoning regulation for Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, and Cianjur regions. Different from that national level regulation, at the regional level, Regional Regulation of the Special Capital Region of Jakarta Province Number 1 of 2014, related to the floods control management, only focus on how to normalize the river as a part of drainage system in every district in Jakarta Province.... 2020. Terdapat 5 Kotamadya di DKI Jakarta terendam dengan ketinggian air bervariasi, diantaranya Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat Harsoyo, 2013. Curah hujan ekstrem yang turun sejak 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020 menyebabkan terjadinya banjir di beberapa wilayah DKI Jakarta ...In early 2020, the Greater Jakarta area experienced severe flooding in several areas, one of which was the North Tanjung Duren Village, Grogol Petamburan District, West Jakarta. Based on BMKG data in February 2020, the Tanjung Duren Utara Urban Village area is a flood-prone area with a height of 10-30 cm and is also a densely populated settlement so that it is prone to short circuit hazards that can cause fires. One of the causes of flooding is water channels / culverts that do not flow smoothly. This activity proposes the creation of a water velocity detection device that functions as an early detection of flood disasters. The detection device is designed using a microcontroller and is connected to a sensor for detecting the speed of water flowing from the drain pipe in the culvert. Based on the results of the training provided, the community's improvement in early detection of flood disasters has increased as indicated by an increase in the post-test value of 52% compared to the pre-test value. This activity is very useful for flood-prone areas as an early detection approach.... Bencana banjir seolah -olah sudah menjadi kegiatan rutin yang terus melanda Provinsi DKI Jakarta. Hampir setiap musim hujan, muncul beberapa genangan di ruas jalan di kawasan perkotaan jakarta Harsoyo, 2013. Bencana banjir sangat mengganggu aktivitas warga karena lumpuhnya bangunan -bangunan perumahan dan perkantoran yang mereka pakai maupun infrastruktur penunjang seperti jalan raya, alat transportasi yang terbatas dan lain sebagainya. ...Setyo Aji PramonoKetut SutargaKusumaDeffi Ayu Puspito SariBencana banjir seolah – olah sudah menjadi kegiatan rutin yang terus melanda Provinsi DKI Jakarta. Bencana banjir sangat mengganggu aktivitas warga karena lumpuhnya bangunan – bangunan perumahan dan perkantoran yang mereka pakai maupun infrastruktur penunjang lain. Genangan banjir juga dapat merusak bangunan antara lain adalah, rusaknya kusen pintu, kotornya warna cat tembok, hingga lapuknya tembok akibat genangan banjir yang terjadi secara berulang. Penelitian ini akan disajikan gambaran secara kuantitatif total bangunan dari berbagai fungsi bangunan yang terdampak banjir di Kecamatan Cengkareng, Grogol dan Kebon Jeruk. Pemilihan Kecamatan – kecamatan tersebut adalah hasil observasi awal dugaan daerah dengan wilayah yang berdekatan dan dengan dampak banjir yang terparah dan teringan. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menampilkan secara spasial jumlah gedung yang terendam banjir di kecamatan terpilih kemudian membandingkannya. Hasil analisis tersebut memperlihatkan bahwa daerah dengan jumlah bangunan yang terdampak banjir terbanyak adalah Kecamatan Cengkareng.... Floods that occur in Indonesia are generally caused by logging actions without reforestation, garbage dumped carelessly in water bodies rivers, lakes, reservoirs, house construction on the riverbanks, the low topography of an area as well as problems with drainage in the area Harsoyo, 2013;Marhendi et al., 2017;Reinhardt-Imjela et al., 2018;Thapa et al., 2020;Ijaz et al., 2021. Another important factor in causing flooding in an area is the lack of land surface that can become a water catchment area Kefi et al., 2020. ...Muhammad Rizky RomadhonAbdul AzizSemarang City is the capital of the Central Java Province, located in the lowlands and directly adjacent to the north side of the Java Sea. This geographical condition makes this city very vulnerable to being affected by floods. This study aims to determine the distribution of flood-prone locations and classify the level of flood susceptibility that occurs in the Semarang City. Quantitative descriptive is the type of research with an overlay method based on scoring parameters related to environmental conditions. These parameters include slope, soil type, rainfall, altitude, land use and river flow buffers. The scored parameters are then entered into the overlay stage with other parameters in the geographic information system GIS application to form a map of the flood susceptibility level. The data analysis technique used the descriptive method. The level of flood susceptibility map resulting from this study is in one area of the Pemali-Juana Sub-watershed. The results also show that the scattered highly vulnerable areas in the northern part of Semarang City are areas with low elevations and flat slopes, then dominated by settlement land use that lacks infiltration areas, small river buffer sizes. These are what make the area classified as an area that is very prone to flooding.... Selain itu wilayah tanjung duren merupakah wilayah yang padat penduduk yang rawan bencana banjir dan berpotensi menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran dan juga korosi terhadap kendaraan bermotor seperti mobil dan juga motor. Hal ini perlu dipahami oleh masyarakat untuk mencegah jatuh nya korban jiwa dan kerugian materiil akibat bencana banjir Hujan yang terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya menyebabkan banjir dan longsor melanda sejumlah kawasan Jabodetabek Harsoyo, 2013 Tujuan dari kegiatan yang dilakukan adalah Memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait bahaya banjir bagi keselamatan warga masyarakat khususnya kelistrikan rumah tangga. Selain itu, kegiatan ini bertujuan menerapkan bidang keilmuan elektro khusunya di bidang kelistrikan rumah tangga. ...... The cause of major flooding in early 2020 for the Jabodetabek area was extreme rainfall of 377 mm/day based on BMKG observations in the Halim Perdana Kusumah area, East Jakarta Dahlia & Fadiarman, 2020. The rain that occurred in Jakarta and its surroundings caused floods and landslides to hit a number of Jabodetabek areas Harsoyo, 2013. In addition, clogged drainage also causes a buildup of water that causes flooding. ...In 2020 a number of areas in DKI Jakarta were hit by floods, one of which was the North Tanjung Duren Village, Grogol Petamburan District, West Jakarta. The extreme rainfall of 377 mm/day has flooded almost all areas of DKI Jakarta and its surroundings. In addition, poor drainage causes water to stagnate, causing flooding. However, the absence of an early flood information system makes residents restless when the rainy season arrives. The Community Service Community service activity activity carried out aims to provide training to the community in the Tanjung Duren Utara Village area RW 04, RT 0010 regarding water level detection equipment placed in culverts. This tool serves to provide early information if the volume of water in the culvert is full of information in the form of a siren sound. The method used in this Community service activity activity is to provide online counseling and training to the community in RT 0010 / RW 04, North Tanjung Duren Village, Grogol Petamburan District, West Jakarta. The results obtained are an increase in public understanding regarding the dangers of flooding to household electricity, as indicated by the results of the pre-test and post-test which are obtained an average of 43 and 90, respectively. Public understanding of the dangers of flooding to electricity has increased up to In addition, the average partner satisfaction with the material presented is 92%, this shows that the material presented by the presenters team is very useful for the extension participants.... The North Jakarta City Regency area around Ancol and Jakarta Bay is experiencing uplift due to tectonic activity. Therefore, the water flow from the 13 rivers that empty into Jakarta Bay cannot flow smoothly into the sea and is blocked in the large Jakarta basin [19]. ...The land surface in Jakarta Province is thought to have experienced relatively continuous subsidence because of natural processes and artificial activities. This research was carried out to evaluate the rate of land subsidence in Jakarta Province. Based on this research, it can be shown from the Sentinel-1A satellite images that there has been landed subsidence. The data used are two pairs of Sentinel-1A Single Looking Complex SLC images acquired in 2019 and 2020. The data was processed using the DInSAR method to examine the rate of land subsidence. The results show that the land subsidence rate in Jakarta Province during the 2019-2020 period varies from cm to cm/year. The literature data results in 2016 experienced a decrease in land subsidence with a significant value of cm/year. Land subsidence in 2017 averaged cm/year. The land subsidence results from 2019 to 2020 have a value that tends to be lower than in 2016 of - cm/year. Land subsidence occurs mostly in coastal areas and near estuaries caused by the nature of alluvial deposition materials. It has caused damages to road infrastructure in several regions of Jakarta Province, such as Mutiara Beach, West Cengkareng, and rains on February 24, 2020, caused flooding in most parts of Jakarta and its surroundings. The one-day observation of accumulated rainfall from the Laser Precipitation Monitor LPM was recorded at mm/day at the Kemayoran station on February 25, 2020, at UTC Jakarta Time. In this study, analysis of the microphysical characteristics of extreme rainfall using LPM installed at Kemayoran meteorology station and weather radar at Cengkareng meteorology station with a spatial radius of 250 km. LPM is used to measure the diameter of the raindrops, the velocity of falling raindrops, LPM reflectivity, and the amount of accumulated rainfall with time resolution per minute and stored in excel data format. While the weather radar is used to measure the reflectivity spatially and temporally in the data volume format .vol. The method used is, first, to find the relationship between LPM reflectivity and the amount of LPM rainfall with regression analysis. Second, the radar reflectivity is converted into estimated rainfall intensity for the Jakarta area and its surroundings. The results of this study found a relationship between LPM reflectivity X and rainfall accumulation LPM Y to form a regression relationship with the formula Y = with R ² = Based on the record of the LPM time series, the peak of rainfall occurred at UTC with 1000 raindrops, the maximum fall speed was 10 m/s, and the maximum diameter is millimeters. Based on the results of microphysical measurements of LPM, spatial plots, and vertical cross-section radar, it can be concluded that flooding in Jakarta is due to heavy rain from convective has not been able to resolve any references for this publication.
Banjirterjadi di daerah Jakarta yang dialiri Sungai Ciliwung, banjir yang terjadi di daerah Jakarta tersebut disebabkan debit air Ciliwung meningkat, terjadi pendangkalan dan banyak sampah di aliran Sungai Ciliwung, lahan di sekitar Sungai Ciliwung sebagian besar kedap air. Kondisi ini dalam ilmu geografi termasuk jenis pendekatan a.
Fenomena banjir di DKI Jakarta bukanlah suatu hal yang baru terjadi akhir-akhir ini, melainkan sudah menjadi agenda tahunan ketika musim hujan tiba. Bahkan secara historis kejadian banjir sudah akrab di DKI Jakarta sejak zaman Kerajaan Tarumanegara, hal itu tertulis pada Prasasti Tugu yang menyebutkan adanya banjir dan penanggulangannya di DKI Jakarta pada abad kelima Masehi[1]. Enam kejadian banjir terbesar yang melanda DKI Jakarta adalah pada Januari sampai dengan Februari 1918, Januari 1979, Februari 1996, Februari 2007, Januari sampai dengan Februari 2013 dan Januari sampai dengan Februari 2020 [2]. Secara geologis, DKI Jakarta merupakan daerah cekungan dan tanahnya perlahan mengalami penurunan akibat pengambilan air tanah secara besar-besaran oleh masyarakat sehingga sungai yang bermuara di Teluk Jakarta tidak bisa mengalir lancar ke laut. Secara geomorfologi, DKI Jakarta merupakan dataran banjir yang terbentuk akibat proses sedimentasi ketika terjadi banjir. Selain itu, keberadaan 13 aliran sungai dari hulu yang melintasi provinsi ini menjadi akses bagi aliran air yang bersumber dari wilayah hulu untuk masuk ke wilayah DKI Jakarta [3]. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa pada hakikatnya secara historis dan topografis wilayah DKI Jakarta merupakan daerah rawan banjir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang menjadi pemicu banjir paling dominan di DKI Jakarta adalah curah hujan ekstrem [4]. Pada Januari 2020, DKI Jakarta mengalami curah hujan terbesar dalam sejarah pencatatan rekor hujan dalam 150 tahun terakhir, yaitu diatas 300 milimeter perhari sehingga menyebabkan banjir di berbagai wilayah. BMKG menyatakan bahwa musim hujan pada 2020/2021 dimulai pada Oktober 2020 dengan puncak musim hujan terjadi pada bulan Januari sampai dengan Februari 2021 [5]. Pada rentang waktu tersebut, tidak menutup kemungkinan DKI Jakarta akan mengalami curah hujan ekstrem dan terjadi banjir. Terdapat tantangan tambahan yang dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat dalam menghadapi banjir pada 2020/2021 ini, yaitu banjir akan terjadi bersamaan dengan pandemi Covid-19. Setelah pengumuman kasus Covid-19 pertama di DKI Jakarta pada Maret 2020, jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 meningkat secara signifikan dan DKI Jakarta dikategorikan sebagai zona merah Covid-19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa pemerintah wajib melakukan tanggap darurat ketika terjadi bencana, salah satunya adalah menyediakan posko pengungsian untuk korban bencana banjir. Posko pengungsian biasanya dibuat secara darurat untuk menampung banyak korban dengan jarak yang berdekatan. Pada saat proses penyelamatan dan evakuasi korban pun tidak mudah untuk melakukan jaga jarak antarorang. Ancaman dapat juga disebabkan dari berbagai penyakit yang timbul pada musim penghujan seperti demam berdarah, tifus, diare, dan penyakit kulit yang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga masyarakat menjadi lebih rentan terinfeksi Covid-19 [6]. Sumber Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta [7] Wilayah yang dimaksud dalam diagram wilayah rawan banjir perkecamatan di DKI Jakarta di atas menunjukkan secara keseluruhan DKI Jakarta memiliki 82 wilayah/kelurahan yang rawan banjir. Dapat dilihat dari diagram di atas bahwa Jakarta Selatan memiliki kelurahan rawan banjir terbanyak yaitu 25 wilayah/kelurahan atau sebesar 30,49%. Jumlah ini disusul oleh Jakarta Timur dengan sebanyak 23 wilayah/kelurahan atau sebesar 28,05% wilayah rawan banjir; Jakarta Barat sebanyak 17 wilayah/kelurahan atau sebesar 20,73% wilayah rawan banjir; Jakarta Utara sebanyak 15 wilayah/kelurahan atau sebesar 18,29% wilayah rawan banjir; Jakarta Pusat sebanyak 2 wilayah/kelurahan atau sebesar 2,44% wilayah rawan banjir; dan yang terakhir adalah Kepulauan Seribu yang tidak memiliki wilayah/kelurahan rawan banjir. Jakarta Selatan memiliki wilayah rawan banjir terbanyak dari wilayah lainnya di DKI Jakarta karena sebagian besar wilayahnya dilalui oleh aliran sungai—seperti Kali Baru Timur, Kali Ciliwung, Kali Baru Barat, Kali Krukut, Kali Grogol, dan Kali Pesanggrahan—kerap mendapatkan banjir kiriman dari hulu, banyak sampah di aliran sungai, dan adanya penyempitan kali oleh bangunan [8]. Kepulauan Seribu tidak memiliki wilayah rawan banjir karena tidak terdapat aliran sungai dan air hujan langsung menuju ke laut. Jakarta Pusat berada di urutan terendah rawan banjir karena wilayah yang dialiri sungai hanya pada bagian barat dayanya saja. Setiap kabupaten/kota di DKI Jakarta, kecuali Kepulauan Seribu, memiliki kecamatan rawan banjir. Lima kecamatan yang memiliki kelurahan rawan banjir tertinggi pada masing-masing kota administratifnya adalah Kecamatan Cengkareng di Jakarta Barat, Kecamatan Mampang Prapatan di Jakarta Selatan, Kecamatan Makasar di Jakarta Timur, Kecamatan Penjaringan di Jakarta Utara, dan Kecamatan Tanah Abang di Jakarta Pusat. Sumber Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta [9] Diagram di atas menunjukkan terjadi peningkatan jumlah kasus Covid-19 di DKI Jakarta yang sangat signifikan dari Maret sampai dengan Desember 2020. Jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di DKI Jakarta sampai dengan Desember 2020 adalah sebanyak kasus. Kasus Covid-19 terkonfirmasi di DKI Jakarta dimulai pada Maret 2020. Pada bulan tersebut jumlah orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 adalah sebanyak 534 kasus. Persentase penambahan kasus positif Covid-19 pada April 2020 merupakan yang terbanyak dari bulan sebelumnya, yaitu meningkat sebesar 458% atau sebanyak kasus—dari 534 kasus menjadi kasus. Lonjakan kasus pada bulan April terjadi karena kapasitas pemeriksaan real time PCR sudah ditingkatkan dengan membangun Laboratorium Satelit Covid-19. Ditambah lagi dengan aksi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang juga gencar melakukan pencarian kasus baru atau active case finding [10]. Selain itu, lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi pada bulan April juga diduga karena pada bulan tersebut masih dalam fase awal munculnya pandemi ini di DKI Jakarta dan masih tahap awal sosialisasi mengenai penyebaran dan pencegahan virus tersebut secara masif sehingga masih terdapat masyarakat yang keliru atau belum memahami penyebaran serta pencegahan Covid-19. Sementara itu, jika dilihat dari jumlah penambahan kasus Covid-19 setiap bulannya maka bulan Desember memiliki angka yang paling tinggi dari pada bulan-bulan sebelumnya di tahun 2020, yaitu kasus. Tidak menutup kemungkinan jumlah kasus Covid-19 pun akan meningkat di bulan selanjutnya dan hal itu menjadi tantangan semua pihak dalam menghadapi banjir saat terjadi puncak hujan pada Januari sampai dengan Februari 2021. Sumber Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarat [9] dan Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta [11] Jakarta Timur merupakan wilayah dengan jumlah kasus positif Covid-19 terbanyak dari pada wilayah lain di DKI Jakarta. Hal tersebut dapat didukung oleh jumlah penduduk di Jakarta Timur terbanyak dari pada wilayah lainnya di DKI Jakarta pada tahun 2020. Namun, bila dilihat dari persentase jumlah kasus positif Covid-19 berdasarkan jumlah penduduk di tahun 2019 maka Jakarta Timur bukan menjadi wilayah dengan jumlah kasus positif Covid-19 terbanyak, melainkan berada pada posisi kedua terendah dengan persentase sebesar 0,67%. Wilayah yang paling banyak terdapat kasus positif Covid-19 berdasarkan jumlah penduduknya adalah Jakarta Pusat dengan persentase sebesar 2,88%, meskipun pada jumlah kasus positif Covid-19 berada di urutan kedua terendah. Pada Agustus 2020, Jakarta Pusat menjadi wilayah dengan kecepatan penularan Covid-19 tertinggi di DKI Jakarta. Hal itu terlihat dari angka Incidence Rate IR atau angka yang menggambarkan laju kasus baru pada populasi dan periode waktu tertentu mencapai 45,31 pada 23 Juli hingga 6 Agustus, sementara wilayah lainnya di DKI Jakarta tidak lebih dari angka 33 [12]. Sumber Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta [9] Berdasarkan wilayah rawan banjir di DKI Jakarta, Jakarta Pusat memiliki jumlah wilayah rawan banjir kedua terendah dari pada wilayah lainnya. Jakarta Pusat memiliki delapan kecamatan dan hanya satu kecamatan yang rawan banjir. Sementara itu, pada jumlah kasus positif Covid-19, Jakarta Pusat menempati urutan kedua terendah dengan jumlah kasus. Meskipun demikian, presentasi kasus Covid-19 berdasarkan jumlah penduduk, Jakarta Pusat menempati urutan teratas. Dinamika kasus positif Covid-19 di Jakarta Pusat terus bertambah dengan rata-rata penambahan pada setiap bulannya adalah sebanyak kasus. Penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Jakarta Pusat terbanyak terjadi di bulan Desember dengan jumlah kasus. Meskipun demikian, persentase penambahan kasus positif Covid-19 terbanyak dari bulan sebelumnya terjadi di bulan April, yaitu sebesar atau 536 kasus, dari 45 kasus di bulan Maret menjadi 581 kasus. Adapun salah satu faktor yang dapat menyebabkan tingginya kasus Covid-19 di Jakarta Pusat adalah banyaknya pemukiman padat penduduk, asrama, dan apartemen. Selain itu juga, penyebaran Covid-19 di Jakarta Pusat dapat disebabkan oleh kasus Covid-19 dari klaster perkantoran dimana terdapat 12 dari sebanyak 49 kantor di Jakarta Pusat yang ditutup karena ditemukannya kasus positif Covid-19 pada Agustus 2020 [13]. Sumber Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta [9] Kecamatan Tanah Abang memiliki wilayah rawan banjir terbanyak dibandingkan dengan kecamatan lain di Jakarta Pusat. Dari delapan kelurahan yang ada di Kecamatan Tanah Abang, dua diantaranya menjadi wilayah rawan banjir, yaitu Kelurahan Karet Tengsin dan Petamburan. Diagram jumlah kasus Covid-19 di Jakarta Pusat menunjukkan Kecamatan Tanah Abang menempati urutan kedua dari delapan kecamatan di Jakarta Pusat dengan jumlah kasus. Jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kecamatan Tanah Abang terus meningkat dengan rata-rata peningkatan setiap bulannya sebanyak 324 kasus. Bulan September terjadi penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 terbanyak di Kecamatan Tanah Abang yaitu sejumlah 769 kasus. Meskipun demikian, persentase penambahan kasus positif Covid-19 terbanyak dari bulan sebelumnya terjadi di bulan April, yaitu sebesar atau 199 kasus, dari 5 kasus di bulan Maret menjadi 204 kasus. Berdasarkan data-data di atas, Kecamatan Tanah Abang perlu memiliki persiapan yang matang dalam menghadapi banjir 2020/2021 dari pada tahun-tahun sebelumnya agar tidak menciptakan klaster penyebaran Covid-19 karena banjir di wilayah tersebut. Meskipun jumlah kasus positif Covid-19 dan persentase berdasarkan jumlah penduduk Jakarta Barat berada pada urutan ketiga di DKI Jakarta, Kecamatan Cengkareng juga memerlukan persiapan yang matang dalam menghadapi banjir 2021 karena masuk ke dalam urutan pertama kecamatan yang memiliki kasus positif Covid-19 di Jakarta Barat. Sementara itu, Kecamatan Makasar, Mampang Prapatan, dan Penjaringan masuk pada urutan ketiga sampai keempat terendah yang memiliki kasus positif Covid-19 di masing-masing kotanya. Meskipun secara statistik berada di urutan yang rendah pada jumlah kasus positif Covid-19, ketiga wilayah tersebut tetap harus diperhatikan saat terjadi banjir di tengah masa pandemi. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan terus berupaya menyiapkan langkah-langkah preventif, seperti pelaksanaan proses evakuasi dan juga penerapan protokol kesehatan secara ketat pada saat masyarakat berada di posko pengungsian. Hal ini telah menjadi perhatian pemerintah agar tidak tercipta klaster baru penyebaran Covid-19 karena banjir di DKI Jakarta. Referensi [1] National Geographic Indonesia, “Sejarah Banjir di Jakarta, Sudah Terjadi Sejak Zaman Tarumanegara,” 27 Februari 2019. [Online]. Available [2] G. S. Putri, “Jakarta Banjir Lagi, Berikut 6 Sejarah Banjir Terbesar di Ibu Kota,” 25 02 2020. [Online]. Available [3] Harsoyo, “Mengulas Penyebab Banjir di Wilayah DKI Jakarta,” Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, pp. 37 – 43, 2013. [4] M. Arnani dan I. Wedhaswary, “Penjelasan Lengkap Penyebab Banjir Jakarta,” 03 Januari 2020. [Online]. Available [5] M. Ridwan, “Prakiraan Musim Hujan Tahun 2020/2021 di Indonesia,” 08 September 2020. [Online]. Available [6] M. Ridwan, “Prakiraan Musim Hujan Tahun 2020/2021 di Indonesia,” 08 September 2020. [Online]. Available [7] Badan Penanggulangan Bencana Daerah, “Daerah Rawan Banjir Provinsi DKI Jakarta,” 06 Oktober 2020. [Online]. Available [8] Antara, “Curah Hujan Tinggi, Sudin SDA Catat 21 Titik Banjir Jakarta Selatan,” 5 Oktober 2020. [Online]. Available [9] Dinas Kesehatan, “Riwayat File Covid-19 DKI Jakarta,” 2020. [Online]. Available https//riwayat-file [10] E. A. Retaduari, “Jakarta Kembali Cetak Rekor Angka Kasus Baru Corona 359 Kasus Per Hari,” 11 Juli 2020. [Online]. Available [11] Badan Pusat Statistik, “Jumlah Penduduk Hasil SP2020 Provinsi DKI Jakarta sebesar juta jiwa,” 11 Januari 2021. [Online]. Available [12] I. Hamdi, “Jakarta Pusat Jadi Wilayah Tercepat Penularan Covid-19 di DKI,” 13 Agustus 2020. [Online]. Available [13] CNN Indonesia, “Kasus Aktif Corona di Jakpus Tinggi, Klaster Kantor Penyebab,” 14 Agustus 2020. [Online]. Available SumberBadan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta, Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Penulis Vicka Aghinasuci dan Ryan Dwi Saputra Editor Dwi Puspita Sari dan Gagar Asmara Sofa
Tulisanini mengulas faktor-faktor penyebab banjir di wilayah DKI Jakarta, terutama dari sudut pandang geologi, geomorfologi dan morfometri sungai yang mengalir dan melintasi wilayah DKI Jakarta.
- Jakarta identik dengan istilah kota langganan banjir. Tiap kali hujan deras, beberapa daerah di Jakarta hampir selalu tergenang banjir. Salah satu penyebab utamanya adalah karena perilaku masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan ke kali atau sungai, sehingga menghambat aliran air ketika hujan turun. Menurut Edi Sedyawati, dkk dalam Sejarah Kota Jakarta 1950-1980 1986, penyebab utama lain Jakarta selalu tergenang banjir adalah karena kondisi lingkungan Jakarta yang dialiri 10 sungai besar dengan sistem drainase yang kurang HM dalam Banjir Jakarta 2013, menuliskan jika banjir di Jakarta sudah ada sejak zaman Tarumanegara, tepatnya saat Raja Purnawarman memimpin kerajaan tersebut pada abad ke-5. Berikut sejarah banjir di Jakarta Banjir Jakarta di Zaman Kerajaan Tarumanegara Portal Informasi Indonesia Prasasti Tugu, salah satu dari tujuh prasasti bukti keberadaan Kerajaan Tugu yang ditemukan pada 1878 di Jakarta Utara menjadi bukti otentik jika banjir di Jakarta sudah ada sejak zaman Kerajaan Tarumanegara. Secara garis besar, prasasti tersebut berisikan pesan jika Raja Purnawarman pernah menggali Kali Chandrabhaga di daerah sekitar Bekasi dan Kali Gomati atau yang sekarang dikenal sebagai Kali Mati di Tangerang. Penggalian tersebut merupakan upaya mengatasi banjir. Sungai yang digali tersebut diharapkan bisa mengalirkan debit air, sehingga banjir di Jakarta kala itu bisa segera surut. Selain itu, penggalian kali ini juga ditujukan untuk kepentingan irigasi sawah juga Banjir Jakarta Buat Kawasan Elite Kemang Berubah Bak Sungai Kumuh... Banjir Jakarta pada 1621 Jakarta pada masa kolonial Belanda dikenal dengan sebutan Batavia. Saat itu, sebagian besar daerah Batavia masih berupa rawa dan hutan liar, sehingga sering tergenang banjir dari air beberapa sungai, terutama Kali Ciliwung yang meluap saat hujan deras. Banjir Jakarta pada 1621 merupakan banjir pertama di era kekuasaan VOC di Nusantara, tepatnya pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Saat itu banyak rumah warga yang terbuat dari kayu sehingga mudah hanyut ketika banjir melanda Batavia. Struktur jalannya pun masih belum beraspal sehingga sangat sulit untuk dilalui sepeda atau dokar. Sebenarnya, Belanda sudah pernah membangun kanal sejak dua tahun sebelum bencana banjir ini terjadi. Namun, usahanya gagal karena Belanda tidak mengetahui letak geografis dan struktur topografi Jakarta kala itu. Banjir Jakarta pada 1654 Saat Gubernur Jenderal Joan Maetsuycker memimpin Batavia kala itu. Banjir besar kembali melanda Batavia. Penyebabnya karena hujan deras dan luapan air sungai, terutama Kali Ciliwung dan kiriman air dari hulu di Bueitenzorg atau Bogor. Kanal yang tersumbat oleh pasir membuat kanal tidak berfungsi saat banjir melanda. Joan Martsuycker telah membangun beberapa kanal tambahan, namun usahanya gagal karena kanal selalu dipenuhi sampah, lumpur dan pasir.
Berikuttitik banjir, berdasarkan data dari Kapusdatin BPBD DKI M Insyaf: - Kelurahan Kampung Melayu, 4 RW Ketinggian air 10 s/d 50 cm, akibat Luapan Kali Ciliwung.
N/A • 12 November 2020 1217 Sungai Ciliwung kerap dituding sebagai biang banjir Ibu Kota. Tuduhan ini bukan tanpa alasan karena banjir memang kerap terjadi dari luapan air Sungai Ciliwung. Berbagai upaya pencegahan banjir sudah dilakukan, mulai dari normalisasi hingga naturalisasi. Akankah usaha tersebut sudah berbuah hasil dan sudah sejauh mana perjalanan perbaikan Sungai Ciliwung? Leah Alexis Laloan
Sepertiyang diberitakan sebelumnya, hujan mengguyur kawasan Jakarta menyebabkan tinggi permukaan air Sungai Ciliwung di Pintu Air Manggarai meningkat di level 895 cm dengan status siaga dua banjir. Hingga pukul 05.00 WIB ketinggian bertambah menjadi 915 cm dengan status siaga dua. Tagar #banjir saat ini juga menjadi trending topic di Twitter.
Jakarta Penyebab banjir di Jakarta sudah menjadi rahasia umum di masyarakat. Banjir di Jakarta menjadi fenomena tahunan yang terus berulang tanpa pernah tuntas untuk menyelesaikan penyebab banjir di Jakarta. Penyebab banjir di Jakarta mengakibatkan dampak besar bagi masyarakat, terutama menghambat aktivitas. Tak hanya menghambat aktivitas, banjir juga tentunya berimbas pada sektor perekonomian masyarakat Ibu Kota. Terlebih lagi, banyak moda transportasi umum yang terkendala untuk beroperasi. Mengetahui penyebab banjir di Jakarta sangat penting, supaya dapat membantu mencegahnya. Dengan adanya 13 aliran air sungai yang melintasi Kota Jakarta menjadikan kota itu memiliki dataran banjir yang banyak tersebar di wilayah itu. Oleh sebab itu, potensi terjadinya banjir setiap tahun memang sangat tinggi. Berikut ini ulas mengenai penyebab banjir di Jakarta dan penanggulangannya yang telah dirangkum adri berbagai sumber, Kamis 8/9/2022.Memasuki musim penghujan banjir menerjang sejumlah daerah di berbagai wilayah Indonesia. Namun entah kenapa banjir Jakarta yang selalu menyita perhatian publik. Bahkan tak jarang malah jadi senjata pencitraan dan perdebatan politik. Simak Kopi kendaraan melintas saat hujan deras megguyur kawasan Patung Kuda, Jakarta, Kamis 21/10/2021. Memasuki musim hujan, warga Jakarta diharapkan mewaspadai terjadinya banjir dan dampak kemacetan yang akan makin parah karena genangan air di badan jalan. Fanani1. Curah Hujan yang Tinggi Penyebab banjir di Jakarta yang pertama adalah curah hujan yang tinggi. Ibukota Jakarta telah dilanda hujan tinggi sejak tahun 2013 dan terus meningkat setiap tahunnya. Menurut Peneliti Sains Atmosfer dengan Bidang Kepakaran Klimatologi dan Perubahan Iklim di Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN Erma Yulihastin mengungkapkan bahwa pada tahun 2020 lalu, telah dibuktikan secara statistik memiliki keterkaitan dengan hujan ekstrem yang selama ini memicu banjir-banjir besar di DKI Jakarta, seperti banjir Jakarta tahun 2002, 2004, 2007, 2008, 2013, dan 2014. 2. Minimnya Kawasan Resapan Air Penyebab banjir di Jakarta yang berikutnya yaitu minimnya kawasan resapan air. Kurangnya Ruang Tebuka Hijau atau RTH membuat kawasan resapan air berkurang sehingga menyebabkan banjir. Tak hanya itu, pembangunan gedung dan hotel-hotel di wilayah Jakarta menyebabkan penggunaan air tanah secara berlebihan. Berdasarkan informasi yang berhasil didapatkan Jakarta mengalami penurunan muka tanah sebanyak 5-12 cm per tahun. Kondisi ini membuat potensi banjir semakin besar. 3. Membuang Sampah Sembarangan Penyebab banjir di Jakarta yang berikutnya adalah kebiasaan warga yang membuang sampah sembarangan. Penyebab banjir ini perlu adanya kesadaran warga Indonesia bukan hanya di Jakarta tetapi semuanya. Apabila kebiasaan ini tidak dirubah, maka banjir akan banjir akan terus menyambangi Jakarta dan sekitarnya. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebut ada sekitar ton sampah yang dibuang di Sungai Ciliwung setiap harinya. Dari ton ini, hanya 75 persen sampah yang bisa diangkut. Bahkan, 180 ton sisanya mengendap dan mencemari Banjir di JakartaPekerja dari Dinas Sumber Daya Air SDA Provinsi DKI Jakarta menggunakan kendaraan alat berat saat menyelesaikan proyek normalisasi Kali Ciliwung di Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Senin 22/8/2022. Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas SDA memastikan program normalisasi Kali Ciliwung terus berjalan dengan prioritas di lokasi aliran utama sungai dan tujuh kelurahan yang merupakan titik rawan banjir. S. Nugroho4. Penurunan Permukaan Tanah Penyebab banjir di Jakarta yang berikutnya adalah penurunan permukaan tanah. Menurut Takagi et al. 2015, penurinan permukaan tanah di Jakarta dapat mencapai rata-rata 12 cm/tahun, dan terjadi dengan lebih ekstrem di bagian pesisir utara Jakarta dengan laju penurunan hingga 25cm/tahun. Hal ini terjadi karena bebab bangunan di permukaan dan ekstraksi air tanah yang berlebih. Bahkan saat ini masih ada 35 persen, masyarakat Jakarta menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. Akibatnya, tinggi muka air tanah di Jakarta semakin dangkal dan kapasitas simpan air menjadi lebih rendah. 5. Kendala Normalisasi Kali Ciliwung Selain curah hujan yang tinggi, salah satu penyebab banjir Jakarta yang karena normalisasi kali ciliwung yang belum tuntas. Dari total panjang kali 33 kilometer baru sekitar 16 kilometer yang dilakukan normalisasi. Rupanya kendala dari proses normalisasi ini diakibatkan oleh faktor sempitnya lahan. Pasalnya banyak rumah warga yang berada tepat di palung sungai. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab banjir di Jakarta yang masih terus Banjir di JakartaWarga menikmati suasana di Tebet Eco Park, Tebet, Jakarta Selatan, Senin 15/8/2022. Pemprov DKI Jakarta membuka kembali Tebet Eco Park setelah ditutup sementara sejak Juni 2022 untuk perbaikan dan perawatan fasilitas taman. ZakhariaMengutip dari laman resmi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta, berikut ini terdapat beberapa penanggulangan pemerintah Jakarta terhadap banjir yang kerap terjadi setiap tahunnya, yaitu 1. Pengerukan lumpur Pemprov DKI Jakarta telah melakukan berbagai program yang tidak berorientasi pada betonisasi, seperti program Gerebek Lumpur dengan mengintensifkan pengerukan pada selokan, kali, situ, waduk, lalu membuat olakan-olakan, memperbaiki saluran air, mengintensifkan instalasi sumur resapan atau drainase vertikal, mengimplementasikan Blue and Green yaitu taman yang menjadi kawasan tampungan air sementara saat intensitas hujan tinggi, penyediaan alat pengukur curah hujan, dan perbaikan pompa. 2. Penyediaan pompa stasioner Pemprov DKI Jakarta menyiagakan pompa sepanjang tahun di 178 lokasi rumah pompa. Terdapat 457 pompa stasioner di dekat sungai, waduk, maupun pintu air. Lalu, terdapat 282 unit pompa mobile atau portabel yang tersebar di lima Kota Administrasi. Pemprov DKI Jakarta juga mendatangkan tambahan pompa mobile sebanyak 40 unit. 3. Penambahan ruang terbuka hijau Pemprov DKI Jakarta juga menambahkan ruang terbuka hijau yang turut menjadi kawasan serapan air hujan, yang mana tahun ini ditargetkan ada 12 taman baru untuk melengkapi 57 Taman Maju Bersama TMB yang sudah ada. Selain itu, ada pula Taman Grande, yakni merevitalisasi taman-taman yang sudah ada sehingga naik kelas, contohnya Taman Tebet yang saat ini sedang proses dikerjakan. Lalu, salah satu RTH lainnya adalah Hutan Mangrove di Jakarta Utara. 4. Membuat drainase vertikal Sebagai langkah antisipasi kurangnya daerah resapan air hujan dan penurunan muka tanah land subsidence, Pemprov DKI Jakarta secara masif membuat drainase vertikal untuk membantu penyerapan air ke tanah dan menampung cadangan air bersih. Sebagai informasi, drainase vertikal yang telah dibangun oleh Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta di tahun 2021 hingga bulan September sebanyak titik, tersebar di 5 kota administrasi. Selain itu, Organisasi Perangkat Daerah OPD lainnya di lingkungan Pemprov DKI Jakarta, masyarakat umum, dan komunitas turut membangun drainase vertikal, sehingga total sudah terbangun titik drainase vertikal di Jakarta.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Abstrak Banjir di sebagian besar kota di Indosensia hampir selalu terulang dan cenderung meningkat, baik frekuensi, luas, kedalaman, maupun durasinya. Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya banjir adalah bertambahnya penduduk yang tidak diimbangi dengan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan sehingga tidak ada keteraturan dalam pemanfaatan lahan.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Air. Salah satu syarat demi terbentuknya sebuah kehidupan. Bumi layak ditinggali oleh manusia karena ada air. Suatu daerah layak menjadi tempat tinggal karena ada air. Pegunungan memiliki tempat yang cocok untuk berkemah juga karena air. Bahkan tubuh manusia, sekitar 55-75% terdiri dari air tergantung ukuran dan berat badan. Manusia dan hampir seluruh makhluk hidup lainnya memiliki ketergantungan terhadap air. Manusia membutuhkan air untuk minum, mandi, mencuci, memasak, dan melakukan berbagai aktivitas sehari-hari lainnya. Bagaimana kondisi air yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup ini? Apakah eksistensi air di bumi akan terus ada atau adakah kemungkinan hilang? Bagaimana cara terbaik untuk mengkonservasi air?Sang Pencipta menciptakan air sebagai berkah untuk kesejahteraan manusia. Hakikat air adalah baik dan untuk kebaikan, namun belakangan ini sering kita jumpai bencana yang disebabkan oleh air. Beberapa permasalahan terkait air yang menjadi perhatian, antara lain banjir, berkurangnya pasokan air bersih, pencemaran sumber-sumber air, pendangkalan badan air, dan ini muncul sebagian karena faktor alam, seperti kondisi topografi dan geologi, serta iklim dan curah hujan. Namun permasalahan air lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia yang tidak tepat dalam pemanfaatan dan pengelolaannya, sehingga dampak negatif yang dirasakan menjadi lebih besar dari yang mengenai konservasi air sejalan dengan hukum termodinamika dan kekekalan energi dimana energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, hanya berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Sama halnya dengan air di bumi adalah berpindah dari satu bentuk ke bentuk lainnya melalui siklus hidrologi. Air laut mengalami evaporasi menjadi uap air. Uap air tersebut menggumpal menjadi awan, dan terjadi kondensasi sehingga terbentuk massa hujan. Hujan atau presipitasi turun ke permukaan, masuk ke dalam tanah, ke sungai, ke danau, atau menggelontor begitu saja menjadi yang terserap ke dalam tanah infiltrasi dan terus masuk ke lapisan dalam akuifer perkolasi akan tersimpan sebagai air tanah dalam dan inilah yang biasanya menjadi sumber air di permukaan akan kembali mengalami evaporasi atau kembali ke laut dan siklus terus melihat siklus air yang demikian, dapat diterka bahwa hanya sedikit air di bumi yang dapat kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut Simonds 2007, jenis air di bumi didominasi oleh air laut sebesar 97% dan hanya 3% air tawar. Dari air tawar yang sedikit itu, 69% tersimpan dalam bentuk glasier&es, dalam bentuk ground water, dan air yang ada di permukaan. Jumlah inilah yg digunakan oleh hampir seluruh manusia untuk aktivitasnya banjir, pencemaran air, intrusi air laut, dan kekeringan, sebagian besar disebabkan oleh pengelolaan air permukaan yang tidak terkendali sehingga timbul daerah kelimpahan air, daerah lainnya kekeringan sampai menimbulkan kebakaran contoh adalah kasus ibukota Jakarta yang hampir setiap tahun mengalami banjir. Sejarah mencatat bahwa banjir di Jakarta tidak hanya terjadi dalam kurun waktu 10-20 tahun terakhir dimana pembangunan dan pencemaran yang terus meningkat telah mengganggu siklus besar pertama Jakarta tercatat pada tahun 1621, lalu terjadi lagi tahun 1654, dan tahun tergolong daerah yang sangat potensial banjir. Karakter geologis di Jakarta didominasi oleh batuan yang kedap air, sehingga tanpa meluapnya rob air laut atau melimpahnya kiriman air permukaan dari Bogor, Jakarta tetap akan banjir jika curah hujan setempat Jakarta cenderung datar dengan rata-rata ketinggian 8 mdpl. Sebagian daerah, khususnya di bagian utara, ketinggian permukaannya lebih rendah dari tinggi muka air fisik ini, ditambah pembangunan yang tidak terkendali sehingga terjadi banyak alih fungsi lahan, menyebabkan dampak banjir di Jakarta menjadi semakin besar dan satu solusi mengelola sumber daya air termasuk masalah banjir agar sirkulasinya seimbang adalah dengan mengelola penampangnya, yakni DaerahAliran Sungai DAS.DAS adalah area atau kawasan dimana seluruh air hujan yang jatuh di kawasan tersebut akan mengalir ke satu sungai utama. Oleh karena itu pembagian kawasan dalam satu pulau bisa habis oleh pembagian DAS, misalnya DAS ciliwung, DAS citarum,dan yang dilalui oleh 13 sungai dan anak sungai termasuk ke dalam DAS berhulu di puncak gunung dan berhilir di muara sungai. Berdasarkan profilnya,DAS terbagi tiga menjadiupper stream, middle stream, dan down stream. Upper stream adalah area pegunungan yg konturnya berbukit dan karakteristiknya ideal untuk optimalisasi penangkapan air. Eksistensi hutan dengan pohon dan berbagai vegetasi lainnya baik untuk memperlambat laju air, selain mendukung pula untuk pencegahan erosi. Down stream adalah dataran rendah/flat, paling sesuai untuk permukiman dan pengembangan kota. Drainase yang baik akan mendukung sirkulasi air yg baik pula. Vegetasi-vegetasi di perkotaan dapat membantu tanah menyerap air. Middle stream adalah area pertengahan yg paling krusial, dsebut juga kawasan ekoton dimana karakter upper- bertemu dengan karakter down-. Penataan kawasan ekoton harus memperhatikan kepentingan dari kedua kawasan yang mengapitnya DAS di atas menjelaskan bahwa permasalahan terkait air di satu bagian tidak terlepas dari bagian lainnya. Cara mengatasi masalah banjir di Jakarta yang merupakan hilir Sungai Ciliwung down stream, juga harus memperhatikan daerah Puncak upper stream dan kota-kota yang dilaluinya middle stream. Alih fungsi lahan di daerah hulu dari fungsi hutan dan lahan pertanian ke bentuk urban dengan bangunan-bangunan dan perkerasan, telah menutupi daerah-daerah resapan air sehingga jumlah aliran permukaan run off meningkat, melebihi kapasitas daya tampung badan air sungai, danau, kanal, selokan, dan meluap sebagai banjir. Pendangkalan badan air akibat erosi dan terhambatnya aliran air oleh sampah industri dan rumah tangga juga menyebabkan dampak banjir semakin yang harus dilakukan adalah memasukkan kembali air ke dalam tanah. Dapat dilakukan dengan cara membuat sumur resapan, biopori, reboisasi, sampai rekayasa konstruksi tanah jika karakter tanah dan batuan rendah daya serap airnya, direkayasa dengan mengatur komposisi pasir-debu-liat yang ideal.Secara umum konservasi air dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui stormwater harvesting dan rainwater harvesting dilakukan dengan "menanam" air untuk "dipanen" pada adalah dengan menggunakan pond kolam, sumur resapan, biopori, embung, dan adalah menyimpan air tersebut untuk kemudian dipanen ketika musim kemarau. Selain dipanen, stormwater harvesting juga membuat tanah lebih gembur dan mencegah penurunan muka kedua adalah denganrainwater storing, yaitu menyimpan air hujan di dalam tangki-tangki untuk digunakan secara langsung untuk keperluan banyak yang harus disimpan? Rumusnya seperti bahasa Sunda ^^” V= yang disimpan adalah koefisien run-off dikali luas atap dikali intensitas curah storing ini dilakukan untuk mengurangi kebutuhan air dan tanpa filter, air hujan ini bisa digunakan untuk menyiram tanaman, mencuci mobil, flush, cooling tower,dan air selain banjir adalah intrusi air air tanah secara berlebihan akan menyebabkan meningkatnya intrusi air air laut adalah masuknya air laut ke darat, mengisi pori-pori tanah, sehingga air tanah menjadi ini sering terjadi di kota-kota pesisir, seperti Jakarta, Cirebon, dan Semarang. Pembuatan sumur artesis dan menyedot air secara berlebihan juga dapat menyebabkan air tanah menjadi payau. Air laut memiliki densitas dan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan air tanah. Massa jenis air laut 1,025 gr/cm3, sedangkan air tawar 1 gr/ dari aspek fisik, air tanah yang memiliki densitas lebih ringan, posisinya berada diatas air laut. Terdapat pembatas bidang cembung diantara keduanya. Jika air tanah terus-menerus disedot, batas tersebut akan semakin naik mendekati permukaan. Hal ini dapat dianalisis pula dari aspek kimiawi, yakni saat air tanah dan air laut yang memiliki perbedaan konsentrasi bertemu maka akan membentuk suatu lapisan permeabel. Secara perlahan akan terjadi perpindahan massa/ion dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Ketika air tanah diambil, lapisan permeabel ini akan naik mendekati permukaan tanah, sehingga air tanah menjadi payau. Solusinya? Memperbanyak sumur resapan untuk menampung air hujan dan gunakanlah air secara hemat Jakarta mengalami kelimpahan air yang berdampak merugikan banjir, terdapat fenomena kontras di daerah lain yang mengalami kekurangan air dan juga berdampak merugikan kekeringan, misalnya Wonosari, Yogya. Karakter air di Jakarta adalah penuh di atas permukaan, namun kering di bawah. Sebaliknya di Wonosari penuh di bawah permukaan, namun kering di atas. Masyarakat Wonosari sulit memanfaatkan air karena letaknya jauh di lapisan bawah, padahal Wonosari memiliki lapisan akuifer yang besar. Karakter geologinya berupa batuan gamping yang bolong-bolong sehingga air hujan yang jatuh langsung tergelontor ke lapisan bawah membentuk sungai bawah tanah. Tanpa survei geologi, sulit untuk memanfaatkan air hanya dengan membuat sumur-sumur blind berlawanan dialami oleh Jakarta dimana tanah dan batuannya sudah terlampau jenuh hingga sulit untuk menyerap air. Drainase yang terhambat, seperti sungai sebagai drainase alami yang mengalami pendangkalan ataupun tercemar sampah industri dan rumah tangga, serta drainase buatan lainnya selokan, kanal yang juga banyak tercemar oleh sampah, ditambah curah hujan yang tinggi, menyebabkan tingkat run-off sangat tinggi hingga menimbulkan tanah jenuh ini tidak hanya dialami oleh kota Jakarta yang didominasi oleh bangunan, tetapi juga dapat terjadi di lahan pertanian yang didominasi oleh sistem penanaman jenuh, atau dikenal juga dengan istilah saturated land /tanah mutung’, adalah sebuah kondisi saat tanah tidak lagi memiliki unsur-unsur hara seperti kondisi awalnya dan kemampuannya dalam menyerap air semakin ini berdampak pada menurunnya kualitas tanah sebagai media tanam dan fungsi konservasi air. Faktor penyebab tanah menjadi jenuh bermacam-macam. Ada yang disebabkan oleh aktivitas fisik, seperti pembangunan dan pertambangan. Ada pula yang diakibatkan oleh aktivitas kimiawi karena unsur-unsur hara yang terus-menerus diambil, misalnya kegiatan pertanian yang monoton atau hutan solusi untuk mengatasi permasalahan tanah jenuh ini adalah dengan rekayasa unsur tanah, penghijauan, biopori, atau menggilir jenis tanaman pada lahan tanah melalui bera’ juga penting agar tanah memiliki waktu untuk mengembalikan unsur-unsur haranya yang satu pelajaran menarik dari Vietnam terkait masa bera. Vietnam membanjiri lahan pertanian padi dengan air sungai. Setelah panen, Vietnam mengistirahatkan tanahnya sebelum masuk ke musim tanam berikutnya. Namun ia tidak membiarkan lahan bera begitu saja. Lahan-lahan bera tersebut dialiri dengan air sungai yang ada di sekitarnya. Kandungan mineral yang terdapat di air sungai akan terbawa ke lahan sehingga pengembalian unsur hara ke dalam tanah akan berlangsung lebih suatu kesempatan seminar, dijelaskan bahwa mengelola keberlanjutan ruang terbuka biru RTB merupakan solusi yang lebih efektif dalam mengatasi banjir daripada ruang terbuka hijau RTH. Hal ini dikarenakan RTH lebih bersifat preventif dan membutuhkan periode jangka waktu yang cukup lama sampai manfaatnya dapat dirasakan, sedangkan RTB yang merupakan badan-badan air, seperti danau, sungai, dan waduk langsung menampung air dan menahan air agar tidak lantas meluap atau tergelontor begitu saja ke tempat yang lebih fungsi penting RTB, antara lain1. menampung air,2. menurunkan suhu iklim mikro,3. habitat wildlife dan berbagai tumbuhan,4. sarana rekreasi cuma-cuma bagi warga ini bukan berarti RTB menjadi lebih penting daripada RTH, meskipun untuk tindakan responsif banjir RTB dinilai lebih efektif. Keberadaan RTH dan RTB sama-sama penting karena keduanya saling mendukung untuk konservasi air. Pemerintah kota dapat menghitung luas badan air sebagai RTB yang dibutuhkan perkotaan berdasarkan jumlah penduduk yang ada di kota tersebut. Konservasi air di perkotaan juga harus dilihat dari aspek keberlanjutan, baik itu ekologi, ekonomi, maupun sosial. Oleh karena itu, keseimbangan dalam pembangunan dan penegakkan hukum dan aturan sangatlah penting. Kita semua tentu berharap bahwa kebijakan-kebijakan yang telah dibuat dapat diterapkan secara tepat. Pengelolaan sumber daya alam dan energi vital sudah jelas aturannya dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Peraturan tentang luasan RTH ada dalam UU No. 26 Tahun 2007. Pengelolaan sumber daya air ada dalam UU No. 7 Tahun 2004. Hampir semua kebijakan yang kita butuhkan telah tertuang dalam aturan di negeri ini, namun rendahnya law enforcement tentu menjadi permasalahan tersendiri yang butuh pembahasan khusus secara lebih yang dapat kita lakukan? Paling mudah adalah memulainya dari diri sendiri dan lingkungan terdekat. Tidak membuang sampah ke badan air sungai, selokan, danau, menggunakan air secara hemat sesuai dengan kebutuhan, dan menanam pohon atau membuat lubang-lubang biopori di halaman rumah adalah langkah kecil yang dapat dilakukan oleh setiap individu. Jika kita menghitung kebutuhan air bersih per orang berdasarkan standar PU adalah sebesar 120 liter/hari, artinya kita bergantung pada ketersediaan sumber air bersih sebanyak 840 liter seminggu atau liter sebulan. Jika air bersih semakin sedikit ketersediaannya, maka air akan menjadi benda ekonomi yang semakin berharga untuk diperjualbelikan. Berapakah biaya yang harus kita keluarkan untuk memenuhi kebutuhan kita akan air? Asumsi jika kita harus membeli air seharga dengan air mineral dalam kemasan yakni Rp 4000/liter, artinya setiap orang harus mengeluarkan Rp atau Rp berharganya air. Itulah mengapa setiap individu memiliki kewajiban untuk menjaga air dan sumber-sumber air. Bukan untuk orang lain, melainkan untuk diri sendiri, keluarga, dan orang-orang terdekat yang kita miliki. Lihat Nature Selengkapnya
l9bFnc. s2rl4gruwv.pages.dev/89s2rl4gruwv.pages.dev/188s2rl4gruwv.pages.dev/86s2rl4gruwv.pages.dev/90s2rl4gruwv.pages.dev/162s2rl4gruwv.pages.dev/396s2rl4gruwv.pages.dev/325s2rl4gruwv.pages.dev/59s2rl4gruwv.pages.dev/214
banjir terjadi di daerah jakarta yang dialiri sungai ciliwung